07 January 2023

7 CSS Framework Terbaik dan Populer

Coding
css-framework-terbaik
Foto: The Tailwind logo are copyright © Tailwind Labs Inc.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa seorang front-end developer tanpa CSS framework ibarat nasi tanpa garam. Oke, mungkin pepatah ini baru saja saya buat, tapi kenyataannya, mengembangkan web tanpa CSS framework bisa sangat melelahkan. Selain membuat pekerjaan menjadi lebih lambat karena banyaknya kode CSS yang harus ditulis sendiri, kita mungkin juga tidak menguasai semua aspek pengaturan tampilan.

Walaupun saya pribadi kini lebih sering menggunakan CSS preprocessor tanpa framework, saya harus mengakui bahwa CSS framework adalah penyelamat. Jadi, framework CSS apa saja yang bisa kita gunakan? Mari kita bahas lebih lengkap.


Apa Itu CSS Framework?

Sebuah framework dalam bahasa pemrograman adalah kerangka kerja atau struktur yang menyediakan struktur dasar untuk membangun aplikasi atau proyek pemrograman. Mengutip Void Canvas, framework bisa diibaratkan sebagai vending machine.

Jadi, secara sederhana CSS framework adalah sekumpulan kode CSS berisi aturan dan gaya yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk menggunakannya, kita bisa memanggil atau menggunakan CSS classes dari framework tersebut. Tak perlu ngoding CSS sendiri.


Daftar CSS Framework untuk Web Development

Menggunakan CSS framework bisa bikin hidup seorang front-end developer jauh lebih mudah dan menyenangkan. Dengan framework ini, kita bisa menghemat waktu dan tenaga karena banyak komponen dan struktur sudah tersedia, tinggal pakai saja. Yuk, kita lihat beberapa CSS framework paling keren di tahun 2024 dan bagaimana mereka bisa membantu kita membuat situs web yang responsif dan menarik.

1. Bootstrap

Bootstrap

Bootstrap masih menjadi salah satu framework CSS paling populer di dunia. Dikembangkan oleh Twitter, framework ini menawarkan komponen siap pakai dan grid system yang responsif, memudahkan pengembang untuk membuat desain yang konsisten dan responsif.

Berdasarkan data dari W3Techs (Web Technology Surveys), hingga Januari 2024 Bootstrap masih menjadi CSS framework paling populer. Digunakan oleh 17.8% dengan market share sebesar 79.4%.

Pertama kali dirilis pada Agustus 2011 dan masih merajai pasar hingga saat ini.

Fitur Utama:

  • Komponen UI yang lengkap.
  • Sistem grid yang fleksibel dan responsif.
  • Dokumentasi yang sangat baik.
  • Dukungan untuk JavaScript plugins, webtool, dan CSS preprocessor.
Mengapa Saya Lebih Suka Vanilla CSS Daripada Bootstrap?
BACA JUGA

Mengapa Saya Lebih Suka Vanilla CSS Daripada Bootstrap?

Please don’t get me wrong, saya suka Bootstrap dan sering menggunakannya untuk membuat website. Tetapi, walaupun CSS framework yang satu ini …

Baca Selengkapnya

2. Foundation

Foundation CSS Framework

Peringkat kedua dipegang Foundation dengan market share 2.3%. Agak jomplang memang, tapi masih bagus lah, setidaknya Boostrap ada pesaing. Pertama kali dirilis pada tahun 2011, Foundation tak hanya menyediakan framework untuk web tapi juga HTML untuk e-mail.

Fitur Utama:

  • Komponen yang kuat dan responsif.
  • Grid system yang fleksibel.
  • Fokus pada aksesibilitas.
  • Komunitas yang solid dan dukungan profesional.

3. TailwindCSS

Tailwind CSS

Berbeda dengan Bootstrap dan framework lain yang mengggunakan component-based, Tailwind CSS adalah framework utility-class yang memungkinkan pengembang untuk menggunakan kelas utilitas untuk membangun desain yang custom. Ini membuat Tailwind sangat fleksibel dan cocok untuk para developer yang ingin kontrol penuh.

Pertama kali dirilis pada November 2017 dan terus mencuri perhatian sampai sekarang. Menurut W3Techs, Tailwind dan UIkit adalah 2 CSS framework yang pertumbuhannya paling cepat.

Tailwind CSS menggunakan sintaks Atomic CSS. Sintaks jenis ini bisa menjadi kelebihan sekaligus kekurangan.

Hal lain yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan Tailwind adalah instalasinya. Tailwind CSS harus diinstal menggunakan NPM, sedangkan CDN hanya untuk development, bukan untuk production.

Fitur Utama:

  • Utility classes yang dapat disesuaikan.
  • Sangat fleksibel dan modular.
  • Mudah untuk diintegrasikan dengan framework JavaScript seperti React dan Vue.
  • Komunitas yang aktif dan ekosistem yang berkembang.
Mencoba Tailwind CSS, Berkenalan dengan Konsep Utility First
BACA JUGA

Mencoba Tailwind CSS, Berkenalan dengan Konsep Utility First

Tiga tahun lalu, ketika dunia front-end di Indonesia heboh tentang Tailwind, saya bergeming, tetap setia dengan Bootstrap dan Sass. Dua tahun lalu, …

Baca Selengkapnya

4. Bulma

Bulma CSS framwork

Di awal-awal kemunculannya pada tahun 2016, Bulma sendiri kerap membandingkan diri mereka dengan Bootstrap. Ini bisa dimaklumi karena Bootstrap sangat populer.

Salah satu kelebihan Bulma adalah tidak memerlukan JavaScript, responsif, dan modular. Saya sering menggunakan Bulma dan bisa dibilang cukup kompatibel untuk membuat website skala kecil.

Fitur Utama:

  • Berbasis Flexbox.
  • Kelas CSS yang intuitif.
  • Komponen yang mudah digunakan.
  • Dokumentasi yang baik.

5. Tachyons

Tachyons

Ada yang bilang bahwa Tachyons adalah CSS framework, ada juga yang mengatakan bahwa Tachyons merupakan CSS preprocessor. Tachyons sendiri menyebut diri mereka sebagai CSS Toolkits. Bingung, enggak, tuh? Tapi tak perlu bingung, kalau dilihat dari sintaks dan karakteristiknya, ini jelas CSS framework.

Sama seperti Tailwind, Tachyons juga merupakan CSS framework utility-based sehingga para developer diberi kebebasan untuk styling sesuai dengan kebutuhan.

Fitur utama:

  • Utility classes yang dapat disesuaikan.
  • Ukuran kecil.
  • Repsonsif.
  • Kustomisasi mudah.

6. Semantic UI

Semantic UI

Semantic UI adalah framework yang bertujuan untuk membuat kode “lebih manusiawi”. Dengan menggunakan sintaks yang mudah dibaca, Semantic UI mempermudah pengembangan dan desain web.

Fitur Utama:

  • Sintaks yang mudah dibaca dan ditulis.
  • Komponen UI yang kaya.
  • Integrasi yang baik dengan berbagai library JavaScript.
  • Dukungan tema yang fleksibel.

7. UIKit

UIKit CSS framework

UIkit merupakan CSS framework besutan YOOthemes, sebuah perusahaan yang mengembangkan theme WordPress. Menyebut dirinya sebagai front-end framework karena selain elemen dan komponen “standar” yang kerap disediakan CSS framework, UIkit juga menyediakan komponen-komponen lain seperti filter dan lightbox.

Fitur Utama:

  • Sintaks yang mudah dibaca dan ditulis.
  • Komponen UI yang kaya.
  • Integrasi yang baik dengan berbagai library JavaScript.
  • Dukungan tema yang fleksibel

Mana CSS Framework Terbaik?

Jika Anda masih pemula atau web developer haroreaman seperti saya, Bootstrap, Tailwind, dan UIkit sangat direkomendasikan karena dokumentasinya lengkap dan mudah. Poin lainnya, karena penggunanya banyak, bila ada sesuatu yang tidak dimengerti, banyak artikel atau forum yang membahas keduanya. Juga cocok untuk pemula.

Semantic UI sepertinya lebih cocok untuk indie developer 😂 atau para developer yang you know what you’re doing. Tapi nanti saya coba juga, deh.

Bulma menurut saya hanya cocok untuk proyek-proyek kecil seperti membuat satu landing page. Dalam skala besar, apalagi bila proyek dikerjakan oleh tim, sepertinya akan sulit.

Tachyons punya kans untuk rising up, tapi sama seperti Semantic UI, direkomendasikan untuk para developer yang memang sudah terbiasa menggunakan CSS framework.


Kesimpulannya, apa pun CSS framework pilihan Anda, pastikan memang memenuhi kebutuhan web yang sedang Anda bangun, nyaman digunakan, dan mudah dikelola. Populer atau tidak, itu bukan hal utama. (eL)

T A G S:

S H A R E:

Langit Amaravati

Langit Amaravati

Web developer, graphic designer, techno blogger.

Aktivis ngoding barbar yang punya love-hate relationship dengan JavaScript. Hobi mendengarkan lagu dangdut koplo dan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.

Komentar