20 November 2015

How to "Jual Diri" di Internet Part #2

Blogging
Konten marketing untuk bloger
Foto: Image by George Milton - Pexels

Artikel ini bagian dari seri: How to 'Jual Diri' di Internet

Konten Blog

Konten marketing sebagai bagian dari digital marketing memiliki banyak bentuk. Bisa berupa berita, video, testimoni, how to guidline, FAQ, infografis, dan lain-lain. Mari kita kerucutkan pembahasan ke blog post sebagai konten marketing.

Pembaca, calon konsumen Anda, saat ini sudah sedemikian cerdas. Mereka bisa membedakan iklan dengan testimoni. Bisa membedakan mana yang betul-betul review atau sekadar informasi yang sebetulnya bisa didapat dari mana saja.

IMHO, konten marketing paling baik untuk sebuah blog post meliputi beberapa poin:

1. Ramah SEO

Hal ini sudah sering dibahas di berbagai artikel dan pelatihan. Konten yang berkualitas akan menjadi sia-sia jika postingan Anda tidak terindeks oleh Google. Jika saya sedang mencari sesuatu di Google Search, postingan yang akan saya klik adalah postingan yang ada di 1 atau 2 halaman pertama. Saya tidak akan repot-repot mencari di halaman-halaman berikutnya jika postingan yang saya perlukan sudah saya temukan.

7 Tips SEO untuk Blogger
BACA JUGA

7 Tips SEO untuk Blogger

Dari sekian banyak tips SEO untuk blogger, ada yang masih bisa digunakan, ada pula yang kandas ditelan ganasnya algoritma search engine . Itu karena …

Baca Selengkapnya

2. Segmentasi Pembaca

Mengapa ini saya simpan di poin kedua? Karena strategi marketing paling baik adalah menawarkan produk yang tepat kepada orang yang tepat. Misalnya begini, Anda membuat ulasan tentang produk popok bayi dan MPASI sementara demografi pembaca Anda adalah remaja dan dewasa muda di kisaran 17-23 tahun, 70% laki-laki, 30% perempuan. Kira-kira, bagaimana nasib postingan Anda?

Untuk mengetahui demografi pembaca, Anda bisa melihatnya di Google Analytics .

3. Metode Penulisan

Seperti yang telah saya singgung di atas, ada banyak metode untuk membuat sebuah konten marketing. Karena ini sebuah blog post yang notabene dibuat oleh blogger, bukan brand, saya kira cara paling efektif adalah memakai metode testimoni, how to guidlines, referensi, FAQ, dan ulasan ahli.

4. Persuasif

Pada dasarnya, setiap orang lebih senang dibujuk daripada sekadar diberi tahu. Tidak peduli berapa pun usia pembaca Anda, akan selalu ada sisi kanak-kanak dalam setiap dirinya. Anda tahu kan bagaimana sikap anak-anak? Jika kita meminta anak-anak untuk melakukan A, mereka justru melakukan B atau C.

Kita sedang membuat konten marketing yang membujuk dan membantu calon konsumen untuk mengambil keputusan, bukan untuk merecoki mereka dengan hal-hal yang harus mereka lakukan. Untuk membuat sebuah konten yang persuasif, Anda tak perlu bermulut manis, cenderung menjilat, atau memuji-muji produk Anda setinggi langit. Gunakanlah teknik yang elegan, dengan kata lain: soft selling.

5. Komunikatif & Informatif

Setiap blogger memiliki cara yang berbeda ketika berkomunikasi dengan pembacanya. Tapi tolong diingat bahwa tujuan komunikasi adalah menyampaikan pesan dan mendapatkan feedback. Cara berkomunikasi juga harus disesuaikan dengan segmentasi pembaca dan konsep blog Anda.

Ketika menulis konten marketing, jangan bayangkan bahwa saat itu Anda sedang menulis. Bayangkan bahwa Anda sedang duduk dan mengobrol bersama pembaca Anda. Tapi harus juga diingat bahwa blog post adalah media komunikasi tulisan, bukan lisan. Hindari cara berkomunikasi yang sok asyik, bertele-tele, atau terlalu banyak emoticon.

6. Jujur & Faktual

Yang diinginkan pembaca atau calon konsumen adalah testimoni dan referensi, bukan cerita fiksi. Misalnya, Anda membahas tentang keistimewaan sebuah mobil dari sisi pengguna, padahal Anda tidak bisa menyetir, bahkan tidak bisa membedakan dashboard dengan shock breaker. Dengan bantuan riset yang mumpuni, barangkali Anda bisa menulis konten yang meyakinkan, tapi Anda tidak bisa memberikan “nyawa” pada tulisan Anda.

Atau begini, Anda membuat konten berisi kampanye untuk menggunakan produk lokal, tetapi pada saat bersamaan media sosial Anda berisi foto-foto ketika Anda memakai produk impor atau sedang berbelanja di luar negeri. Pembaca yang kebetulan berteman dengan Anda di media sosial barangkali akan menganggap Anda munafik atau pembual: stigma buruk untuk para konten marketer.

7. Product Knowledge

Seperti yang dikatakan Richard Denny, seorang pakar penjualan profesional, dalam bukunya Selling to Win, pengetahuan tentang produk sebetulnya lebih berguna untuk penjual daripada untuk pembeli. Dalam hal ini, product knowledge lebih berguna untuk penulis konten daripada untuk pembaca.

Anda boleh saja hafal di luar kepala tentang detail pabrikasi sebuah produk atau sejarah sebuah brand, tapi apakah itu perlu diceritakan secara detail kepada pembaca atau calon konsumen Anda? Ketika calon konsumen ingin mendapat referensi lipstik yang bagus, apakah mereka akan peduli tentang lipstik itu dibuat di mana dan dengan cara bagaimana? Calon konsumen hanya akan fokus kepada apakah lipstik itu dapat mempercantik bibir mereka, lain tidak.

Product knowledge ini akan saya breakdown lagi ke dalam beberapa poin.

a. Pujilah Secukupnya

Meskipun misalnya Anda pengguna garis keras dari produk tertentu dan Anda tahu betul keunggulannya, bukan berarti konten marketing Anda bisa diisi dengan pujian setinggi langit. Yang ingin Anda pikat adalah calon konsumen dan pembaca blog Anda, bukan brand yang sedang Anda wakili atau produk yang sedang Anda promosikan.

b. Fokus Kepada Manfaat, Bukan Produk

Coba bayangkan ketika Anda berada di sebuah pameran properti dan mendengarkan seorang pramuniaga mengoceh tentang spesifikasi sebuah rumah. Bahwa luas tanahnya sekian, bahwa pondasinya dibuat dari bahan-bahan pilihan, bahwa harganya terjangkau, dan lain-lain. Informasi itu mungkin berguna bagi Anda, tapi apakah itu yang Anda inginkan? Yang Anda inginkan adalah tempat tinggal, tempat Anda bisa berlindung dari panas dan hujan, tempat Anda bisa berkumpul bersama keluarga, tempat Anda menjalani aktivitas dan hari-hari Anda.

Pramuniaga yang peka akan mengatakan bahwa rumah tersebut memiliki halaman yang luas agar anak-anak Anda bisa bermain di sana alih-alih mengatakan bahwa halamannya terbuat dari paving block berkualitas. Pramuniaga yang peka akan mengatakan bahwa cat yang dipakai rumah tersebut dari bahan tertentu sehingga mudah dibersihkan jika anak-anak Anda berinisiatif untuk membuat mural alih-alih mengatakan bahwa warnanya cerah dan sesuai dengan trend pada saat itu.

Begitu juga dengan konten marketing. Untuk apa Anda berbusa-busa tentang keunggulan sebuah produk jika itu tidak bisa memberikan manfaat bagi calon konsumen atau pembaca Anda? Untuk apa Anda membahas sebuah fitur canggih di smartphone jika pembaca tidak diberi tahu fitur itu bisa digunakan untuk apa saja?

c. Menjawab Kebutuhan dan Menggiring Keinginan

Dalam direct marketing, kita bisa mudah bertanya kepada calon konsumen tentang apa yang dibutuhkan oleh mereka. Sebaliknya, konten marketing berisi antisipasi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan calon konsumen. Kita tidak bisa begitu saja memberondong calon konsumen dengan informasi tanpa mengetahui apa kebutuhan mereka.

Misalnya begini, saya akan membuat konten tentang laptop. Sebelum menjabarkan produk, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan dan mempersiapkan jawabannya:

  • Mengapa pembaca saya membutuhkan laptop?
  • Akan digunakan untuk apa?
  • Fitur seperti apa yang diinginkan pembaca?
  • Spesifikasi? RAM? Hardisk? Ukuran?
  • Berapa range harganya?
  • Garansi, servis, dan ketersediaan suku cadang?
  • Dll

d. Hati-Hati Ketika Berbicara Masalah Harga

Uang adalah sesuatu yang sensitif. Calon konsumen ingin membeli produk yang berkualitas, bermanfaat, menjawab kebutuhan, dengan harga yang sesuai. Sesuai di sini mengacu kepada nilai produk yang sedang kita tulis. Murah atau mahal itu relatif, tergantung kepada daya beli masing-masing konsumen. Jika belum apa-apa Anda sudah mengatakan bahwa produk ini murah sekali, maka akan timbul pertanyaan yang cenderung mengarah kepada kecurigaan.

Apakah tidak boleh mencantumkan harga? Oh, boleh, harus. Tapi tidak fokus ke situ. Sebab sekarang calon konsumen sudah cerdas, mereka akan dengan mudah mencari perbandingan dan riset pasar. Harga akan membantu calon konsumen untuk memutuskan, tapi disesuaikan dengan daya beli mereka, bukan berdasarkan konten super murah Anda.

e. Unique Value

Setiap produk atau jasa memiliki unique value tersendiri. Memang dibutuhkan kepekaan seorang konten marketer untuk dapat mengetahui ini, tapi saya kira ini bisa dipelajari dan dilatih. Unique value bisa berasal dari produk itu sendiri atau dari hal-hal lainnya. Misalnya, mengapa provider A lebih unggul dari provider B? Oh itu karena admin Twitter-nya cepat tanggap. Oh itu karena customer service-nya menyenangkan. Oh itu karena aktivasi paket datanya lebih mudah.

8. Hindari Mencela Atau Memuja Kompetitor

Sebuah konten berisi testimoni tentu tak harus berisi seabreg kelebihan, kita juga bisa menceritakan apa kekurangannya dikaitkan dengan pengalaman kita. Tapi itu bukan berarti kita bisa memuja atau mencela kompetitornya. Jika ingin membuat komparasi produk sejenis dari merek berbeda, buatlah testimoni yang berimbang.

Buzzer & Etika yang Terjun Bebas
BACA JUGA

Buzzer & Etika yang Terjun Bebas

Beberapa hari lalu, dunia blogger dihebohkan oleh seorang buzzer sekaligus blogger yang sedang campaign provider A. Sialnya, si buzzer membandingkan …

Baca Selengkapnya

9. Jual Diri Anda

Kalau Anda memperhatikan konten-konten marketing yang dibuat oleh para seleb bloger, Anda akan menemukan bahwa mereka menjual diri mereka, bukan produknya. Itu sebabnya mengapa brand ambassador adalah orang-orang tekenal dan berpengaruh.

Jika saya menulis ulasan tentang sebuah produk secara komprehensif. Untuk lebih meyakinkan saya memasukkan pendapat para ahli dan mengutip dari buku-buku yang bahkan belum pernah Anda baca. Lalu pada saat bersamaan saudari kembar saya Dian Sastro mengulas produk yang sama tapi dari merek berbeda, ulasannya hanya berupa 2 alinea berisi cerita bahwa dia tengah memakai produk itu dan alasan mengapa dia menyukainya.

Tolong jawab dengan jujur, produk mana yang akan Anda beli dan mengapa?

Saya yakin alasan yang Anda miliki begitu sederhana: karena Dian Sastro lebih memiliki pengaruh daripada saya.

Baca juga: Cara Mengoptimalkan Influencer Marketing


Dari sekian banyak poin yang telah dijabarkan, saya akan meringkasnya dalam satu kalimat kesimpulan. Konten marketing yang baik adalah yang membantu pembaca atau calon konsumen dalam membuat keputusan.

Salam,
~eL

S H A R E:

Langit Amaravati

Langit Amaravati

Web developer, graphic designer, techno blogger.

Aktivis ngoding barbar yang punya love-hate relationship dengan JavaScript. Hobi mendengarkan lagu dangdut koplo dan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.

Komentar