09 November 2021

Keyword Density dan Pengaruhnya Terhadap SEO

Blogging
Apa itu keyword denisty
Foto: Seo icons created by Creative Stall Premium - Flaticon

Jika Anda menggunakan plugin Yoast, pasti pernah melihat “Keyphrase Density” di bagian Analysis Results. Tapi apa itu keyword density dan mengapa hal ini penting diperhatikan untuk optimasi SEO yang lebih gemilang? (((Gemilang)))

Di artikel ini kita akan sama-sama belajar tentang itu dan merumuskan hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya.

Note: Artikel ini disadur dan diterjemahkan secara semena-mena dari artikel Yoast “What is Keyphrase Density and Why is it Important? ” Ditulis dengan beberapa penyesuaian dan penambahan dari berbagai rujukan.

Apa Itu Keyword Density?

Yoast sendiri menggunakan istilah “keyphrase” alih-alih “keyword” yang lebih umum. Kalau mengacu pada tata bahasa Indonesia, istilah “frasa” (terjemahan dari phrase) memang lebih tepat daripada “kata” (terjemahan dari “word”). Karena —biasanya— kata kunci sendiri merupakan frasa atau gabungan dari beberapa kata.

Tapi, ini jelas bukan pelajaran tata bahasa maka kita tidak akan membahas itu lebih jauh. Dalam artikel ini, saya akan tetap menggunakan istilah “keyword density” karena istilah SEO ini lebih lazim digunakan dan, hmmm … lebih ramah mesin pencari.

Jadi, apa yang dimaksud dengan keyword density?

Keyword density adalah jumlah munculnya keyword yang ditargetkan di dalam sebuah artikel, persentasenya dihitung berdasarkan panjang artikel.

Misalnya, kita menargetkan keyword “lelaki berbaju merah”. Di dalam artikel tentu kita akan mengulang-ulang kata kunci tersebut. Nah, jumlah atau berapa kali kata kunci tersebut muncul di artikel itulah yang disebut keyword density.


Keyword Density Checker

Keyword density checker

Jika Anda menggunakan plugin Yoast, Anda bisa melihat skor keyphrase density di bagian Analysis Results.

Cara melihat keyword density di Yoast

Atau kalau ingin memperumit masalah, bisa menghitung dengan formula berikut:

KD = (Jumlah keyword / jumlah kata artikel) x 100

Contoh:

  • Jumlah keyword = 10
  • Jumlah kata dalam artikel = 1000 kata

KD = (10/1000) x 100 = 1
KD = 1%

Meski kalau dipikir-pikir, sih, 10 kata kunci yang tersebar di artikel sepanjang seribu kata itu hitungannya buanyak sekali.

Di plugin Yoast kita bisa melihat berapa jumlah keyword yang paling pas untuk artikel yang sedang ditulis. Kalau terlalu sedikit atau terlalu banyak, skornya jadi merah.

Jadi, berapa skor paling bagus? Beberapa ahli SEO mengatakan 1-2%, ada pula yang menyebut 0.5-3%. Karena saya orangnya moderat dan lebih suka jalan tengah, saya akan menyarankan di angka 0.5 - 1%. Artinya 5-10 keyword untuk artikel sepanjang 1000-2000 kata.


Perbedaan Keyword Density dengan Keyword Stuffing

Keyword density (disingkat KD tapi bukan Krisdayanti) agak berbeda dengan keyword stuffing (KS). KD, seperti yang sudah dijelaskan di subbab sebelumnya, mengacu pada jumlah keyword yang tersebar di dalam 1 artikel.

Keyword stuffing adalah mengulang-ulang satu atau beberapa kata kunci di dalam satu kalimat atau di dalam satu paragraf. Ada juga yang beda paragraf tapi tetap berdekatan, itu masih termasuk keyword stuffing.


Pengaruh Keyword Density Terhadap SEO

Pengaruh buruk keyword density terhadap SEO

Mesin pencari, dalam hal ini Google Search, berusaha memberikan hasil terbaik dan paling relevan di hasil pencarian (SERPs) untuk setiap kueri yang diketikkan oleh pengguna. Agar bisa melakukan itu, tentu saja Google harus mengerti tentang isi artikel kita.

Supaya artikel dengan kata kunci yang sudah ditargetkan mendapat peringkat yang baik, biasanya kita mengulang-ulang kata kunci tersebut dan menyebarkannya ke seluruh artikel.

Tapi, jika kita terlalu sering mengulang kata kunci tersebut apalagi dalam kalimat-kalimat yang terkesan dipaksakan, pembaca pasti akan merasa terganggu. Begitu juga dengan search engine.

Google search sudah sedemikian cerdas. Jika kita menumpuk dan mengulang-ulang kata kunci, search engine akan menganggapnya sebagai keyword stuffing, praktik yang telah lama dilabeli sebagai “black-hat SEO”.

Kalau sudah begitu, boro-boro mendapatkan page one, muncul di hasil pencarian saja belum tentu.

“Lho, tadi katanya KD berbeda dengan KS? Gimana, sih?”

Begini, meskipun kita tidak benar-benar melakukan keyword stuffing, tapi kalau skor KD artikel kita tinggi, search engine akan menganggapnya begitu.

Note: Keyword berbeda dengan kueri atau query. Keyword adalah kata kunci yang kita targetkan, sedangkan query adalah kata/kalimat yang diketikkan pengguna di search bar.

Optimasi Artikel

Optimasi artikel

Kita sudah tahu apa itu keyword density dan pengaruhnya terhadap SEO, sekarang waktunya melakukan langkah-langkah optimasi agar selain enak dibaca, artikel kita juga mendapat peringkat yang baik di hasil pencarian.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengoptimasi artikel:

1. 100 Kata = 1 Keyword

Usahakan hanya ada SATU kata kunci untuk setiap 100 kata. Lebih renggang dan tersebar di seluruh artikel lebih baik. Dengan catatan, perhitungkan juga jumlah kata artikelnya.

2. Riset Kata Kunci

Sebelum menulis artikel, idealnya memang riset kata kunci terlebih dahulu. Dengan begini, selain kata kunci utama kita juga punya beberapa kata kunci lain yang relevan dan bisa menargetkannya dalam satu artikel. Anda bisa menggunakan keyword research tool seperti Moz, Semrush, atau Ubersuggest.

3. Gunakan Semantic Keyword

Semantic keyword adalah variasi kata kunci. Tapi, berbeda dengan poin 2 dan 4, Kita bisa sinonim bermakna sama. Misalnya, target kata kunci kita tadi adalah “lelaki berbaju merah”. Variasinya:

  • Lelaki berpakaian merah
  • Laki-laki yang memakai baju warna merah

Kedua kalimat di atas bermakna sama dengan target kata kunci tadi, bukan?

4. Long Tail Keyword

Long tail keyword sudah dipercaya secara turun-menurun sebagai strategi SEO yang tak lekang oleh zaman .

5. Perbanyak Jumlah Kata

Agar angka keyword density tetap di bawah 1%, sebaiknya memang dengan menambah jumlah kata di artikel tersebut. Tapi, itu bukan berarti kita harus memperpanjang urusan, eh maksud saya, berputar-putar tidak jelas. Sebaliknya, tulislah artikel yang komprehensif alias tuntas dan mendalam.

Jika misalnya topik yang sedang dibahas sudah mentok di -katakanlah- 500 kata dan tidak bisa dikembangkan lagi, kita bisa menambahkannya dengan value yang berhubungan.

6. Hindari Menggunakan Trik Salah Eja atau Typo

Trik salah eja atau sengaja menggunakan variasi kata kunci yang tata bahasanya salah/tidak baku sering dilakukan oleh para -so called- pakar SEO di seluruh dunia. Misalnya, dengan sengaja menggunakan “apapun” meski tahu bahwa kata yang baku adalah “apa pun”.

Di satu waktu mungkin akan berhasil, tapi pembaca dan mesin pencari tuh cerdas. Kita tidak bisa membodohi mereka selamanya. Lagi pula, malu atuh sama Uda Ivan Lanin kalau salah eja terus mah.

7. Trik Kata Serapan

Kalau mau memanfaatkan “user behaviour”, ada cara yang lebih elegan daripada trik salah eja yaitu trik kata serapan. Maksud saya begini, meskipun kata-kata bahasa asing sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, tapi dalam keseharian kita tetap menggunakan campuran keduanya. Begitu juga saat kita googling. Jaksel sekali memang.

Contoh:

Indonesia Inggris
portofolio portfolio
manajemen management
desain design
bloger blogger

Kita bisa menggunakan kedua versi bahasa tersebut di dalam artikel sebagai variasi kata kunci. Seperti di artikel ini, saya menggunakan variasi kata “keyword” dan “kata kunci”, “mesin pencari” dan “search engine”, “hasil pencarian” dengan “search result”. Meski tentu saja kata-kata tersebut bukanlah keyword yang saya targetkan.


Menulis artikel yang ramah SEO memang tidaklah mudah. Dibutuhkan banyak riset, latihan, dan pembiasaan diri. Tapi terlepas dari segala macam cara optimasi dan strategi, sebagai bloger ada satu hal paling penting untuk kita ingat: menulislah untuk manusia, untuk diri sendiri dan pembaca, bukan cuma untuk search engine.(eL)

T A G S:

S H A R E:

Langit Amaravati

Langit Amaravati

Web developer, graphic designer, techno blogger.

Aktivis ngoding barbar yang punya love-hate relationship dengan JavaScript. Hobi mendengarkan lagu dangdut koplo dan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.

Komentar